(Sebuah Refleksi
Tentang ARMADA Masa Depan Persis)
Sebuah cerita masa silam, saat-saat dibentuknya "Ikatan Pelajar Persis"
Pengakuan terhadap eksistensi RG-UG telah datang dari berbagai unsur jam’iyyah Persis. Sebagai organisasi santri intra pesantren, RG-UG menjadi tonggak perjuangan awal kaum terpelajar persis. RG-UG mempunyai kekuatan historis yang tidak mungkin begitu
saja terlupakan. Sejak tahun 1943 RG-UG didirikan, dua tahun lebih muda dari
usia republik ini. Jika kita meriview kembali perjalanan panjang santri-santri
pewaris estapet perjuangan persis ini, maka sungguh akan kita temukan betapa
besarnya kontribusi RG-UG dalam pembangunan ruhul jihad generasi-generasi
persis yang tersebar di empat otonom; pemuda, pemudi, hima dan himi persis.
Sebagai gerbang menuju kader-kader ummat, RG-UG telah sangat ideal waktu itu. RG-UG menjelma menjadi organisasi pelajar yang meretorika-kan
diri sebagai wadah efektif kaderisasi persis kala itu. Dengan semboyan
visionernya "Syubbanul Yaum Rijalul Ghad Wa Banatul Yaum Ummahatul
Ghad" RG-UG telah mampu menghadirkan semangat mujahid, mujadid dan
mujtahid dalam ranah perjuangan kaum muda Persis. Simbolitas-simbolitas
keorganisasiannya begitu kuat, bola dunia hitam sebagai logo, "Hayatuna
Kulluha Ibadah" sebagai landasan, surat Al Furqan (63) sebagai spirit,
serta himne-himne perjuangannya. RG-UG adalah rahim yang senantiasa melahirkan arsitek-arsitek persis yang hebat.
Arsitek-arsitek itulah yang kemudian hari membangun jam’iyyah ini.
Kultur positif inilah yang menjadi identitas asli RG-UG. Kiprah RG-UG sebagai organisasi yang bertujuan
melahirkan bapak-bapak dan ibu-ibu (baca: pemimpin-pemimpin) masa depan ini
tidak pernah surut. RG-UG senantiasa berada di gerbong paling depan jam’iyyah ini, menemani perjalanan dakwah sang lokomotifnya
(baca: Persis). RG-UG dengan konteks Ar Rasikhuna Fil Ilmi
"totalitas ilmu" nya mampu menjadi generasi Ibnu Abbas sang ulama
muda. Dengan spirit jihadnya sanggup menjadi penerus Usamah sebagai panglima
muda Islam. Sehingga tidak berlebihan jika RG-UG disebut sebagai benteng pertama dan utama jam’iyyah ini. Mengenai "aturan main"
berorganisasi, RG-UG diatur dalam Qanun asasi dan dakhili yang disusun tahun 1996 dalam musyawarah RG-UG se-nasional di Pesantren Persis 67 Benda yang masih
menjadi pegangan sebagian RG-UG hingga saat ini.
Jika dapat dihitung secara pasti, maka RG-UG akan unggul secara kuantitas. Artinya, RG-UG sebagai sebuah lumbung kader-kader yang potensial.
Tersebar di lebih dari dua ratus pesantren persis se-Indonesia, dari Serang,
Matraman, Algifari, Pajagalan, Tarogong, Benda, Magetan, Bangil hingga Sepaken,
bahkan hingga ke Alor. Setiap tahunnya, lebih kurang enam ribu alumnus RG-UG dilepas ke kehidupan realitas jamaah. Jika berhasil di RG-UG nya, mereka dengan ilmunya akan menjadi mercusuar ummat.
Namun jika sebaliknya, tidak menutup kemungkinan mereka hanya sebatas menjadi
inang jam`iyyah. Di zaman ini. dengan segala tantanganya, RG-UG di pesantren-pesantren persis seluruh Indonesia sudah
tidak mampu lagi melaksanakan tugas sebagai center forming of cadres. RG-UG sekarang cenderung mandul dan hanya sekedar menjadi
pemanis kegiatan-kegitan otonom-otonom persis. Jarang ditemui, RG-UG yang memahami, mencintai, dan merasa memiliki jam`iyyah
ini. Sebuah ironi yang nyata-nyata terjadi di berbagai daerah.
Kemudian ketidakberdayaan RG-UG dengan berbagai alasan,
telah sampai pada sebuah titik terendah perjuangan "totalitas ilmu". Ini kita sadari sebagai sebuah akibat lemahnya bimbingan
defensif dari lembaga pendidikan persis itu sendiri atau "yang memegang
kebijakan pendidikan persis". Santri tidak dipersiapkan menghadapi zaman
dan segala tantanganya. Hal ini menuntut kita berintropeksi untuk menyusun
sebuah rencana "nyata" bagaimana membina kembali RG-UG menjadi kader-kader ummat. Secara faktual, RG-UG di berbagai pesantren telah terlelap dalam gelimang
kemajuan zaman, teknologi dan pergaulan. Mereka menjadi manusia-manusia yang
hedonis materialistis. Jika bukan dengan organisasi yang kuat, maka RG-UG sebagai janin jama`ah bukan tidak mungkin akan mengalami
keguguran sebelum lahir ke realitas perjuangan jam`iyyah. Atas pemikiran itu,
kita telah sampai pada sebuah hipotesa penting bahwa perlu adanya wadah yang
efektif dalam kerangka kaderisasi di RG-UG. Sebuah organisasi yang mengakomodir
gerakan kaderisasi jam`iyyah. Organisasi ini membidik seluruh RG-UG dan pelajar persis tak terkecuali.
Pelajar Nahdhatul Ulama dan Pelajar Muhammadiyah telah
sejak lama sekali sampai pada tahap aksi di tataran nasional dalam hal
pengkaderan dan kontribusinya terhadap masyarakat. Jika menyentuh ego santri
persis, ini akan menjadi ketidak percayaan diri pelajar persis yang berujung
pada keengganan mereka untuk ber-RG dan ber-UG. Ini dengan gamblang menunjukan betapa lemah dan
tumpulnya pola kaderisasi kita, pola bimbingan kita, pola berpikir kita, pola
pendidikan kita bahkan pola berjam`iyyah kita. Perlu diingat, santri persis
sekarang telah mempunyai mata, telinga, dan rasa sehingga mereka melek terhadap
perkembangan pemikiran. Jika tidak diarahkan melalui organisasi yang kuat,
mereka akan keluar dari koridor pemikiran "totalitas ilmu", sehingga
menjadi sulit mewujudkan generasi Tafaqquh Fid Din seperti apa yang
diharapkan selama ini.
Wacana berhimpun yang muncul pada Silaturahmi Nasional
Santri Persis pertama di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta tahun 2005 silam
adalah sebuah cerminan keinginan kuat teman-teman RG-UG untuk berhimpun. Dalam perkembangan wacana ini bahkan
sampai pada sebuah pemikiran untuk menbina sebuah otonom baru dari Persatuan Islam. Begitu kuatnya hasrat ingin berhimpun
ini, hingga klimaksnya pada Silaturahmi Nasional santri persis kedua di Bumi
Perkemahan Kiara Payung, Sumedang 2008 lalu, muncul wacana IPP (Ikatan Pelajar
Persis). Wacana ini berkembang menjadi sebuah aksi nyata ditandai dengan
dideklarasikanya Majelis Presidium IPP. IPP sebagai sebuah konsep "belum
jadi" bahkan telah disetujui dan di dukung penuh oleh dua tokoh utama
Persis kala itu yaitu Alm. Almukaram Al Ustadz Shidiq Aminullah selaku Ketua
Umum PP Persis dan Alm. Almukaram Al Ustadz Entang Muchtar ZA selaku Ketua
Bidang Jamiyyah PP Persis. Pada perkembanganya (2008-2010) wacana IPP ini
mengalami berbagai tantangan, hingga perlahan padam. Padamnya wacana ini jangan
dianggap sebagai padamnya pula hasrat ingin berhimpun dari teman-teman RG-UG. Padamnya wacana ini adalah sebuah "kejenuhan"
RG-UG dalam mewacanakan. Kejenuhan ini muncul akibat dari
tidak diperhatikannya aspirasi mereka untuk berhimpun.
Untuk berhimpun dalam satu "Ikatan Pelajar
Persis" tentunya memerlukan dukungan dari berbagai elemen masyarakat
persis tanpa terkecuali. Yang nantinya, dengan IPP ini kita akan mengembalikan
rg-ug dalam jalurnya. Mengkoordinasikanya menjadi wadah kader kembali. Menjadi
langkah efektif untuk mewujudkan generasi Tafaqquh Fid Din. Mencetak
kader-kadernya menjadi Ibadur Rahman. Yaitu kader yang beraksi untuk
mengabdi, dengan rendah hati dan akhlak yang baik, berdakwah, dan memberikan
solusi pada persoalan keumatan (sesuai amanah surat Al Furqan ayat 63 yang
dijadikan platform rg-ug sejak 1943).
Jika Band Armada dalam lagunya berkata "Mau dibawa
kemana?" RG-UG sebagai Armada masa depan Persis bertanya Mau dibawa
keman kami ini?.
M. Ryan Alviana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berikan komentarmu dengan cara yang baik dan sopan