Minggu, 12 Agustus 2012

(Sebuah Refleksi Tentang ARMADA Masa Depan Persis)

(Sebuah Refleksi Tentang ARMADA Masa Depan Persis)

Sebuah cerita masa silam, saat-saat dibentuknya "Ikatan Pelajar Persis"

Pengakuan terhadap eksistensi RG-UG telah datang dari berbagai unsur jamiyyah Persis. Sebagai organisasi santri intra pesantren, RG-UG menjadi tonggak perjuangan awal kaum terpelajar persis. RG-UG mempunyai kekuatan historis yang tidak mungkin begitu saja terlupakan. Sejak tahun 1943 RG-UG  didirikan, dua tahun lebih muda dari usia republik ini. Jika kita meriview kembali perjalanan panjang santri-santri pewaris estapet perjuangan persis ini, maka sungguh akan kita temukan betapa besarnya kontribusi RG-UG dalam pembangunan ruhul jihad generasi-generasi persis yang tersebar di empat otonom; pemuda, pemudi, hima dan himi persis.

Sebagai gerbang menuju kader-kader ummat, RG-UG telah sangat ideal waktu itu. RG-UG menjelma menjadi organisasi pelajar yang meretorika-kan diri sebagai wadah efektif kaderisasi persis kala itu. Dengan semboyan visionernya "Syubbanul Yaum Rijalul Ghad Wa Banatul Yaum Ummahatul Ghad" RG-UG telah mampu menghadirkan semangat mujahid, mujadid dan mujtahid dalam ranah perjuangan kaum muda Persis. Simbolitas-simbolitas keorganisasiannya begitu kuat, bola dunia hitam sebagai logo, "Hayatuna Kulluha Ibadah" sebagai landasan, surat Al Furqan (63) sebagai spirit, serta himne-himne perjuangannya. RG-UG adalah rahim yang senantiasa melahirkan arsitek-arsitek persis yang hebat. Arsitek-arsitek itulah yang kemudian hari membangun jamiyyah ini.

Kultur positif inilah yang menjadi identitas asli RG-UG. Kiprah RG-UG sebagai organisasi yang bertujuan melahirkan bapak-bapak dan ibu-ibu (baca: pemimpin-pemimpin) masa depan ini tidak pernah surut. RG-UG senantiasa berada di gerbong paling depan jamiyyah ini, menemani perjalanan dakwah sang lokomotifnya (baca: Persis). RG-UG dengan konteks Ar Rasikhuna Fil Ilmi "totalitas ilmu" nya mampu menjadi generasi Ibnu Abbas sang ulama muda. Dengan spirit jihadnya sanggup menjadi penerus Usamah sebagai panglima muda Islam. Sehingga tidak berlebihan jika RG-UG disebut sebagai benteng pertama dan utama jamiyyah ini. Mengenai "aturan main" berorganisasi, RG-UG diatur dalam Qanun asasi dan dakhili yang disusun tahun 1996 dalam musyawarah RG-UG se-nasional di Pesantren Persis 67 Benda yang masih menjadi pegangan sebagian RG-UG hingga saat ini.

Jika dapat dihitung secara pasti, maka RG-UG akan unggul secara kuantitas. Artinya, RG-UG sebagai sebuah lumbung kader-kader yang potensial. Tersebar di lebih dari dua ratus pesantren persis se-Indonesia, dari Serang, Matraman, Algifari, Pajagalan, Tarogong, Benda, Magetan, Bangil hingga Sepaken, bahkan hingga ke Alor. Setiap tahunnya, lebih kurang enam ribu alumnus RG-UG dilepas ke kehidupan realitas jamaah. Jika berhasil di RG-UG nya, mereka dengan ilmunya akan menjadi mercusuar ummat. Namun jika sebaliknya, tidak menutup kemungkinan mereka hanya sebatas menjadi inang jam`iyyah. Di zaman ini. dengan segala tantanganya, RG-UG di pesantren-pesantren persis seluruh Indonesia sudah tidak mampu lagi melaksanakan tugas sebagai center forming of cadres. RG-UG sekarang cenderung mandul dan hanya sekedar menjadi pemanis kegiatan-kegitan otonom-otonom persis. Jarang ditemui, RG-UG yang memahami, mencintai, dan merasa memiliki jam`iyyah ini. Sebuah ironi yang nyata-nyata terjadi di berbagai daerah.

Kemudian ketidakberdayaan RG-UG dengan berbagai alasan, telah sampai pada sebuah titik terendah perjuangan "totalitas ilmu". Ini kita sadari sebagai sebuah akibat lemahnya bimbingan defensif dari lembaga pendidikan persis itu sendiri atau "yang memegang kebijakan pendidikan persis". Santri tidak dipersiapkan menghadapi zaman dan segala tantanganya. Hal ini menuntut kita berintropeksi untuk menyusun sebuah rencana "nyata" bagaimana membina kembali RG-UG menjadi kader-kader ummat. Secara faktual, RG-UG di berbagai pesantren telah terlelap dalam gelimang kemajuan zaman, teknologi dan pergaulan. Mereka menjadi manusia-manusia yang hedonis materialistis. Jika bukan dengan organisasi yang kuat, maka RG-UG sebagai janin jama`ah bukan tidak mungkin akan mengalami keguguran sebelum lahir ke realitas perjuangan jam`iyyah. Atas pemikiran itu, kita telah sampai pada sebuah hipotesa penting bahwa perlu adanya wadah yang efektif dalam kerangka kaderisasi di RG-UG. Sebuah organisasi yang mengakomodir gerakan kaderisasi jam`iyyah. Organisasi ini membidik seluruh RG-UG dan pelajar persis tak terkecuali.

Pelajar Nahdhatul Ulama dan Pelajar Muhammadiyah telah sejak lama sekali sampai pada tahap aksi di tataran nasional dalam hal pengkaderan dan kontribusinya terhadap masyarakat. Jika menyentuh ego santri persis, ini akan menjadi ketidak percayaan diri pelajar persis yang berujung pada keengganan mereka untuk ber-RG dan ber-UG. Ini dengan gamblang menunjukan betapa lemah dan tumpulnya pola kaderisasi kita, pola bimbingan kita, pola berpikir kita, pola pendidikan kita bahkan pola berjam`iyyah kita. Perlu diingat, santri persis sekarang telah mempunyai mata, telinga, dan rasa sehingga mereka melek terhadap perkembangan pemikiran. Jika tidak diarahkan melalui organisasi yang kuat, mereka akan keluar dari koridor pemikiran "totalitas ilmu", sehingga menjadi sulit mewujudkan generasi Tafaqquh Fid Din seperti apa yang diharapkan selama ini.

Wacana berhimpun yang muncul pada Silaturahmi Nasional Santri Persis pertama di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta tahun 2005 silam adalah sebuah cerminan keinginan kuat teman-teman RG-UG untuk berhimpun. Dalam perkembangan wacana ini bahkan sampai pada sebuah pemikiran untuk menbina sebuah otonom baru dari Persatuan Islam. Begitu kuatnya hasrat ingin berhimpun ini, hingga klimaksnya pada Silaturahmi Nasional santri persis kedua di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Sumedang 2008 lalu, muncul wacana IPP (Ikatan Pelajar Persis). Wacana ini berkembang menjadi sebuah aksi nyata ditandai dengan dideklarasikanya Majelis Presidium IPP. IPP sebagai sebuah konsep "belum jadi" bahkan telah disetujui dan di dukung penuh oleh dua tokoh utama Persis kala itu yaitu Alm. Almukaram Al Ustadz Shidiq Aminullah selaku Ketua Umum PP Persis dan Alm. Almukaram Al Ustadz Entang Muchtar ZA selaku Ketua Bidang Jamiyyah PP Persis. Pada perkembanganya (2008-2010) wacana IPP ini mengalami berbagai tantangan, hingga perlahan padam. Padamnya wacana ini jangan dianggap sebagai padamnya pula hasrat ingin berhimpun dari teman-teman RG-UG. Padamnya wacana ini adalah sebuah "kejenuhan" RG-UG dalam mewacanakan. Kejenuhan ini muncul akibat dari tidak diperhatikannya aspirasi mereka untuk berhimpun.

Untuk berhimpun dalam satu "Ikatan Pelajar Persis" tentunya memerlukan dukungan dari berbagai elemen masyarakat persis tanpa terkecuali. Yang nantinya, dengan IPP ini kita akan mengembalikan rg-ug dalam jalurnya. Mengkoordinasikanya menjadi wadah kader kembali. Menjadi langkah efektif untuk mewujudkan generasi Tafaqquh Fid Din. Mencetak kader-kadernya menjadi Ibadur Rahman. Yaitu kader yang beraksi untuk mengabdi, dengan rendah hati dan akhlak yang baik, berdakwah, dan memberikan solusi pada persoalan keumatan (sesuai amanah surat Al Furqan ayat 63 yang dijadikan platform rg-ug sejak 1943).

Jika Band Armada dalam lagunya berkata "Mau dibawa kemana?" RG-UG sebagai Armada masa depan Persis bertanya Mau dibawa keman kami ini?.

M. Ryan Alviana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentarmu dengan cara yang baik dan sopan