MENUMBUHKAN JIWA KRITIS
oleh
Rifki Rifyal Rizaldi (Ketua Umum PD IPP Garut)
Jiwa kritis atau yang disebut dengan
ruhul intiqod wajid dimiliki oleh
setiap muslim. Ia merupakan cirri khas dari generasi kaum muslimin yang
dengannya mereka dapat melakukan kemajuan dalam kehidupan dan mengangkat
derajat hidup kepada taraf yang lebih tinggi. Jiwa kritis adalah sikap jiwa
yang tidak mudah mengikuti sesuatu tampa ilmu terhadapnya, ia menggunakan
pendengaran untuk mendengar dengan sebaik-baiknya, penglihatan untuk
memperlihatkan dengan setajam-tajamnya, akal untuk berfikir, hati untuk
menerima dan mencintai kebenaran dan pada akhirnya dia berpegang teguh pada
kebenaran tersebut jiwa kritis tercermin dalam diri seorang mu’min yang
berlandaskan pada petunjuk Alloh. “Dan
janganlah kamu hal-hal yang kamu tidak mempunyai ilmu terhadapnya, sesungguhnya
pendengran, penglihatan dan hati itu semua benar-benar akan dimintai
pertanggung jawaban.” (QS Al Isro: 36).
Ayat tersebut yang menjadikan kaum
muslimin selalu berhati-hati, mereka tidak mau meyakini sesuatu, mengatakan dan
melakukan sebelum dipikirkannya secara matang dan diketahui kebenarannya secara
pasti. Mereka selalu memegang teguh pada kebenaran yang telah diturunkan oleh
Alloh swt, yaitu wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammadsaw baik Al Quran
maupun hadits. Mereka selalu mempelajari setiap saat tampa pernah merasa bosan.
Yang dijadikan prinsip hidupnya bukan “kata
ustadz saya, atau kata guru saya atau kata orang tua saya”, tetapi “kata Alloh dan rosululloh saw.”
Ketika datang suatu berita, mereka
tidak langsung percaya begitu saja, tetapi mengecek terkebih dahulu
kebenarannya, dalam islam disebut tabayyun
dan dalam bahasa populernya disebut klarifikasi, karena bias saja berita itu
tidak akuratdan mungkin saja ada orang yang menyebarkan berita itu dengan
tujuan yang tidak baik. Alloh swt berfirman “wahai orang yang beriman! Jika orang fasik datang pada kalian membawa
suatu berita maka periksalah dengan teliti (tabayyun) agar kamu tidak
menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tampa mengetahui keadaan yang
menyebabkan kalian menyesal atas pebuatan itu.” (QS Al Hujurot: 6).
Dengan sikap kritis seperti itu,
kaum muslimin dapat menjalani hidipnya dengan selaluberada dalam petunjuk Alloh
swt. Seperti itulah yang dilakukan oleh para sahabat rosululloh saw.
Sebagaimana dalam suatu riwayat bahwa umar bin khotob ra mengecek kembali sabda
rosululloh saw yang disampaikan oleh sahabat lain tentang ketentuan meminta
izin bertamu. “Dari Abu Sa’id Al Khudri
ia berkata: aku pernah berada di suatu majlis dari majlis-majlis kaum anshor,
tiba-tiba datang abu musa sepertinya ia merasa ketakutan. Lalu ia berkata: aku
telah meminta izin kepada umar tiga kali tetapi aku tidak diizinkan maka aku
pun pulang. Lalu umar berkata: apa yang menghalangimu? Aku menjawab: aku telah
meminta izin tiga kali tetapi aku tidak diizinkan maka aku pun pulang dan
rosululloh bersabda: “apabila salah seorang dari kalian meminta izin tiga kali
tetapi ia tidak diizinkan maka hendaklah ia pulang.” Lalu ia (umar) berkata:
demi Alloh! Hendaklah kamu benar-benar mendatangkan suatu bukti atasnya! Apakah
ada seorang dari kalian yang telah mendengarkannya dari nabi saw? Maka ubay bin
ka’ab berkata: demi Alloh! Tidak ada yang berdiri bersamamu kecuali orang yang
paling muda. Keadaanku (abu sa’id al khudri)adalah orang yang paling mudadan
aku telah berdiri bersamanya, maka aku beri tahukan pada umar bahwa rosululloh
telah berkata seperti itu.” (HR Bukhori). Dalam hadits tersebut kita dapat
mengetahui bagaimana umar bin khotob bersikap tegas dalam mendecek
kembaliberita yang sampai kepadanya.
Bahkan, dengan jiwa kritis kaum
muslimin dapat mengembangkan ilmu pengetahuan hingga mencapai tingkat peradaban
yang luhur. Banyak para ulama islam terdahulu yang menemukan temuan-temuan
ilmiahnya berangkat darisikap kritis tersebut. Kita ambil contoh misalnya
seorang ahli kimia islam, Abu Musa Jabir bin Hayyan mengatakan: “pendirian-pendirian yang berdasarkan kata
si “anu”, artinya perkataan yang tidak disertakan bukti penyelidikan, tidak
berharga dalam ilmu kimia. Satu kaidah dalam ilmu kimia ini dengan tidak ada
kecualinya, ialah bahwa dalil yang tidak berdasarkan bukti yang nyata, harganya
tidak lebih dari satu omongan yang boleh jadi benar bileh jadi keliru. Hanya
bila seorang menyampaikan keterangan dengan bukti yang nyata, menguatkan
pendiriannya, barulah boleh kita berkata: pendirian tuan dapat kami terima”. (M
Natsir, Capita Selecta jilid 1, hal 27).
Tampa jiwa kritis, seseorang akan
terjerumus kepada sikap mengikuti orang tampa mengetahui ilmunya atau taklid.
Dalam islam, sikap taklid begitu tercela. Gara-gara taklid, selama berabad-abad
orang melakukan kemusyrikan menyembah berhala-berhala tampa mau menggunakan
akal sehat untuk berfikir, mereka hanya mengatakan “kami hanya mengikuti apa
yang dilakukan oleh nenek moyang kami dulu.” Alloh Swt menjelaskan dalam
firmanya “dan apabila dikatakan kepada
mereka: ikutilah apa yang telah di turunkan alloh ! mereka menjawab: (tidak ),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami.”
Apakah (mereka akan mengikuti juga )
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mendalami sama sekali, dan tidak
mendapat petunjuk.” (QS Al Baqoroh: 170)
Sangat di sayangkan, pada saat ini
banyak anak muda yang mestinya sudah dapat menggunakan akal fikiran yang sehat,
mereka justru mengikuti begitu saja perilaku-perilaku orang lain tanpa berfikir
terlebih dahulu untuk mempertimbangkan baik buruknya.
Tak sedikit dari anak muda kita yang
membawa arus budaya pacaran. Dengan di pertontonkan sehari hari dalam televisi,
di imajinasikan melalui cerita cerita dalam cerpen dan novel, di lakukan dan
didukung oleh banyak orang, sehingga pacaran telah menjadi tren khususnya di
kalangan anak muda.
Bagi seorang muslim yang berjiwa
kritis, tentunya di akan mempertanyakan lagi apa untungnya berpacaran? Baik
bagi dirinya, belajarnya, keluarganya, masyarakat sekitarnya, dan masa
depannya. Jika dipikir lagi, justru pacaran hanya akan mengakibatkan kerugian
dan kesengsaraan. Terbukti bahwa pacaran hanya membuat seseorang menjadi
dihantui rasa gelisah, menyiksa dirinya sendiri, tidak dapat berkonsentrasi,
banyak menghayal, menyianyiakan waktu, membuat suram masa depan,
menumpuk-numpuk dosa, terjerumus kedalam perzinahan, mengecewakan keluarga dan
orang-orang di sekitarnya, membuat dirinya menjadi hina. Dan segudang
bahaya-bahaya lain yang diakibatkan dari pacaran.
Selain itu, masih banyak
kebinasaan-kebinasaan yang merusak di kalangan anak muda, seprti merokok,
narkoba, tawuran, balapan liar membabi buta membela kelompok dan klubnya,
merayakan valentine, ulang tahun dan sebagainya.
Oleh
karena itu marilah kita tumbuhkan dan milikilah jiwa kritis agar kita dapat
menyelamatkan diri, keluarga, masyarakat dan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berikan komentarmu dengan cara yang baik dan sopan